Pages

Subscribe:

Selasa, 29 Januari 2013

Penerapan Strategi Pembelajaran Ketrampilan Aspek Mendengar

A.    Pendahuluan
Strategi pembelajaran keterampilan berbahasa merupakan pola tertentu yang dipilih oleh guru adalah pola kegiatan belajar-mengajar tertentu yang dipilih guru dalam proses pembelajaran bahasa, dengan tujuan siswa dapat menguasai ketrampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan mendengarkan(maharah ai- istima’), keterampilan berbicara (maharah al- kalam), keterampilan membaca(maharah al- Qira’ah), dan keterampilan menulis(maharah al- kitabah).
Keterampilan mendengar (maharah al- istima’) adalah kemampuan seseorang dalam mencerna atau memahami kata atau kalimat yang diucapkan oleh pembicara atau melalui media tertentu.  Sebagai salah satu ketrampilan reseptif, ketrampilan ini menjadi unsur yang lebih penting untuk dikuasai oleh pelajar. Karena secara alamiah petama kali manusia memahami bahasa orang lain lewat pendengaran, maka ketrampilan mendengar/ menyimak lebih diutamakan.

B.    Permasalahan
    Dari pendahuluan di atas penulis mengambil beberapa permasalahan, di antaranya:
1.    Bagaimana Prinsip Pembelajaran Ketrampilan mendengar?
2.    Bagaimana Tahapan dalam Pembelajaran Ketrampilan mendengar?
3.    Bagaimana Model Pembelajaran Ketrampilan Mendengar?
4.    Apa Saja Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Ketrampilan Mendengar?
C.    pembahasan
1.    Prinsip- prinsip Pembelajaran ketrampilan mendengar
Perlu diketahui bahwa 85% pengetahuan  diperoleh berdasarkan hasil mendengarkan, dengan demikian keuntungan yang diperoleh dari keterampilan mendengarkan sangat banyak  dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran ketrampilan mendengarkan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan, meliputi: kegiatan mengidentifikasikan bunyi-bunyi bahasa, megidentifikasikan dan seleksi tanpa retensi, mengidentifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek atau terbatas, dan mengidentifikasi dan seleksi dengan retensi panjang. Dalam pembelajaran mendengarkan diperlukan prinsip-prinsip berikut, yaitu:
  • Mendengarkan merupakan kemampuan mengidentifikasi bunyi, kata, frase, dan kalimat bahasa yang diujarkan dan kemampuan membedakan satu bunyi dengan bunyi lain, satu kata dengan kata lain, dan seterusnya.
  • Mendengarkan merupakan kemampuan memahami pesan dan informasi yang disampaikan dengan meninggalkan hal-hal yang tidak relevan dalam proses mendengarkan.
  • Mendengarkan berarti menyeleksi mana yang penting dan yang tidak penting, dan yang paling utama ialah menyeleksi mana yang bermakna dan yang tidak bermakna.
  • Mendengarkan berhubungan erat dengan mengingat dan mempertahankan ingatan (jangka pendek dan jangka panjang).
  • Mendengarkan merupakan penahapan atau tahap-tahap sesuai dengan kemampuan mengidentifikasi, membedakan komponen-komponen kebahasaan yang bermakna dalam ujaran.
Untuk mengefektifkan pembelajaran ketrampilan mendengar perlu dilakukan hal- hal berikut:
  • Mendengarkan ceramah/pidato/khotbah dan menyampaikan informasi di depan kelas.
  • Mendengarkan pesan dan menyampaikanya kepada orang lain
  • Mendengarkan petunjuk (menggunakan aturan) dari berbagai sumber tertulis lalu   menjelaskannya.
  • Mendengarkan wawancara dan menyampaikan hasil wawancara tersebut kepada orang lain.
Adapun kegiatan lain yang dapat digunakan dalam pembelajarann ketrampilan mendengar adalah:Alternatif dalam pembelajaran mendengarkan yaitu:
- Penjelasan                                                     - Ceramah
- Pidato                                                           - Nyanyian
- Laporan/membaca paragraf                          - Deklamasi
- Pesan telepon, pesan berantai                       - Pengumuman lewat radio, TV
- Televisi                                                          - Keluhan
- Radio                                                            - Permintaan
- Kaset                                                             - Petunjuk
- Khotbah                                                        - Apa yang dibaca orang lain
- Wejangan                                                      - Dengar pendapat
- Pembicaraan                                                  - Cerita
- Wawancara                                                   - Percakapan dengan lawan bicara
- Diskusi
2.    Tahapan dalam Pembelajaran Ketrampilan Mendengarkan( menyimak)
Adapun tahap- tahap dalam pembelajaran ketrampilan menyimakl adalah sebagai berikut:
A.    Tahap Pengenalan
    Pada tahap ini siswa dikenalkan bunyi- bunyi huruf arab yang tunggal ataupun sudah dirangkai dalam sebuah kalimat. Dalam hal ini guru memberikan contoh pengucapan bunyi tadi, kemudian diikuti oleh siswa. Pada tahap ini siswa dituntut mampu membedakan hal- hal berikut:
  • Bunyi harakat pendek dan panjang
  • Bunyi huruf yang mirip dengan huruf lain
  • Bunyi huruf bertasydid
  • Bunyi alif- lam syamsiyah atau qamariyah
  • Bunyi huruf bertanwin
  • Bunyi huruf bersukun di akhir
B.    Tahap pemahaman permulaan
    Pada tahap ini siswa diajak untuk memahami dialog sederhana yang dibicarakan guru tanpa respon lisan, tetapi siswa meresponnya dengan perbuatan. Adapun bentuk dari respon ini adalah:
1.    Melakukan perintah  secara fisik
        Contoh: قم         (berdirilah!)
                     إجلس      (duduklah!)
                     إخرج     (keluarlah!)
2.    Bereaksi pada seruan
      Contoh: إحترس             (awas!)                                                                                                  
                    الإنتباح    (perhatian!)
                    أرجوكم أن تستمعوا إليه     (harap semua menyimaknya!)
3.    Menjawab pertanyaan dengan cara tertulis, dengan tulisan atau gambar
        Contoh: 
             رئيس الجمهورية لإندونيسيا ..........     (presiden republik indonesia.......)
              إرسم المربع!             (gambarlah segi empat!)
C.    Tahap Pemahaman Pertengahan
    Pada tahap ini kegiatan- kegiatan yang diakukan adalah:
  • Guru membacakan teks pendek atau memutarkan sebuah rekaman, kemudian memberikan pertanyaan kepada siswa tentang isi dari bacaan. Jawaban dapat berupa tulisan ataupun lisan
  • Guru memutarkan rekaman percakapan dua orang, kemudian menanyakan isi dari percakapan tadi, namun pertanyaannya lebih mendetail dari poin a
  • Guru memutarkan rekaman percakapan seseorang, misalnya dalam telepon. Namun dalam percakapan tersebut hanya terdengar satu orang yang berbicara. Kemudian siswa disuruh untuk mendengarkan dengan seksama dan menebak apa yang diucapkan oleh lawan bicara tersebut, dan guru dapat menyiapkan jawaban berupa pilihan ganda
D.    Tahap Pemahaman Lanjutan
    Pada tahap ini siswa disuruh mendengarkan berita- berita dari radio atau TV, atau dari guru. Dalam hal ini siswa dianjurkan membuat catatan ketika mendengarkan berita, mengenai peristiwa yang terjadi, tempat, dan lain- lain. Setelah itu siwa diperintah untuk membuat ringkasan dengan bahasa arab mengenai berita tadi.
3.    Model Pembelajaran Ketrampilan mendengarkan
  Ada beberapa model pembelajaran bahasa yang digunakan untuk pembelajaran ketrampilan mendengarkan, antara lain: 
1.     Mendengarkan dan memahami isi berita yang dibacakan
Identifikasi kata kunci (kata-kata sukar/kata berimbuhan) dalam teks berita. Mencari kata kunci/kata sukar/ kata berimbuhan dapat pula dilakukan pada paragraf  atau wacana yang berisi berita. Guru mempersiapkan paragraf atau wacana. Bahan itu dilisankan dengan suara jelas, intonasi yang tepat, dan agak pelan.
2.      Mendengar dan memahami isi wawancara
Wawancara adalah percakapan dalam bentuk tanya jawab. Dalam situasi formal (resmi), orang yang diwawancarai adalah orang yang berprestasi, ahli, dan istimewa. Adapun dalam situasi informal, wawancara dapat berlangsung antarteman.
3.      Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang pantas disajikan di kelas. Guru membacakan puisi tersebut. Siswa mendengarkan dan menceritakan kembali isinya dengan kata-kata sendiri.
4.      Merangkum
Guru mempersiapkan bahan simakan. Materi bahan simakan dan panjangnya disesuaikan dengan taraf kemampua siswa. Bahan itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Siswa mendengarkan dan merangkum isinya. 
5.      Menjawab pertanyaan
Guru mempersiapkan bahan simakan. Isi bahan, bahasanya, dan taraf kesukarannya harus disesuaikan kemampuan siswa. Bahan itu disampaikan secara lisan kepada siswa. Siswa mendengarkan dan menyaring  isi bahan simakan melalui jawaban pertanyaan.
Pertanyaan diajukan dan dicari jawabannya saat meyimak berlangsung. Guru dapat memulai dengan satu pertanyaan. Jika siswa cukup terlatih baru dilaksanakan secara menyeluruh. 
6.      Pelafalan bunyi bahasa
Lafal adalah cara seseorang atau sekelompok orang dalam suatu masyarakat bahasa mengucapkan bunyi bahasa. Guru mengenalkan beberapa bunyi dan suara kepada siswa misalnya suara hewan, ombak, kucing, dan suara yang biasa ada di sekeliling kehidupan siswa. Guru dapat juga menyiapkan beberapa gambar, misalnya gambar kambing, kuda, dll. Guru menyuruh siswa mengucapkan atau menirukan bunyi atau suara berdasarkan gambar yang ada.
4.   Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Ketrampilan Mendengar
     Kelebihannya:
a)    Mengajarkan kemampuan membaca dengan lancar dan fasih sekaligus kemampuan berdialog
b)    Siswa dapat menyimak kesalahan bacaan dan percakapan dari guru atau teman untuk diperbaharui
     Kekurangannya:
a)    Memerlukan kesungguhan dan keahlian dari guru, perencanaan dan waktu harus matang.
b)    Untuk tingkat pemula masih sulit diterapkan karena belum memiliki bekal bahasa asing.





Persoalan Usub dalam Tarjamah

A.    Pendahuluan
Kegiatan penerjemahan   mempuyai   peran   penting   dalam   mentrasfer ilmu pengetahuan  dan  informasi  dalam  berbagai  bidang  kehidupan  seperti  bidang  agama, sosial-politik, ekonomi, dan budaya. Kegiatan tersebut memberikan andil yang cukup besar dalam alih teknologi, penyebaran informasi, dan peningkatan sumber daya manusia.
Dengan pemikiran di atas upaya penerjemahan buku-buku berbahasa asing  ke dalam bahasa Indonesia terus dilakukan oleh pemerintah, institusi swasta,  penerbit, dan berbagai institusi atau pribadi yang  mempunyai perhatian dalam bidang penerjemahan.
Upaya  penerjemahan buku-buku berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia dewasa ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat  dari jumlah terjemahan, penerbit, penerjemah, dan pembaca terjemahan.
B.    Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sekitar uslub yang terdapat dalam bahasa Arab sebagai langkah awal penerjamah menerjemahkan suatu bahasa Arab ke dalam bahasa yang lain di samping ketyentuan-ketentuan yang lain dalam menerjamah.
C.    Pembahasan
Ranah pembahasan uslub sebenarnya termasuk dalam pembahasan gramatika. Dalam khusus bahasa Arab, kajian uslub ada dalam nahwu (sintaksis). Sebab, subtansi pembahasan uslub berkisar pada pembahasan kalimat, yang juga merupakan pembahasan nahwu. Meski demikian dalam buku-buku nahwu, pembahasan uslub tidak dimasukkan kedalam pembahasan struktur kalimat secara umum, namun diletakkan pada bab tersendiri. Misalnya bab al-Asalib al-Nahwiyah. Berdasarkan kenyatan itu, uslub untuk sementara bisa didefinisikan sebagai kalimat Arab yang memiliki orientasi gramatika yang berbeda dari gramatika kalimat Arab umumnya. Pengertian uslub yanfg berbasis nahwu inilah yang hendak digunakan dalam pembahasan kali ini.
Dalam hal ini, tidak ada relevansi  yang kuat untuk menyatakan pembahasan perihal definisi uslub atau semacamnya. Misalnya, ada tidaknya uslub (kalimat yang berorientasi lain) dalam bahasa Arab, para pakar nahwu tradisional sendiri telah membangun penjelasan (apologi) yang mencukupi (sekalipun terasa mengada-ngada), yakni bahwa yang dikatakan uslub sesungguhnya sama dengan kalimat pada umumnya, yakni terdiri  dari S+P atau mubtada’+khabar dan fi’il+fa’il.
Adapun pembahasan uslub itu  mencakup empat hal, yakni kalimat sumpah, uslub ketakjuban, uslub pujian dan celaan, uslub anjuran dan larangan. Masing-masing akan dijelaskan pada pembahasan dibawah ini.Pembahasan uslub mencakup empat hal, yakni:
1.    Kalimat Sumpah
Yaitu, kalimat yang digunakan untuk menguatkan pesan yang disampaikan dengan menggunakan perangkat- perangkat sumpah, antara lain.و- ب – ت  Cara menerjemahkannya dengan menggunakan kata “demi…” atau yang semakna dengannya.
Contoh:
1.    والله لا نجاح الا بالمجاهدة
Diterjemahkan → Demi Allah tidak ada suatu keberhasilan kecuali dengan kerja keras.
2.    تالله ان فاعل الخير لمحبوب
Diterjemahkan → Demi Allah, Orang yang berbuat baik niscaya di cintai. ( di sini kata inna dalam penerjemahan dibuang karena kata inna memiliki maksud yang sama dengan makna sumpah itu sendiri, yakni menguatkan)
3.    بالله إن أنقنت لتنجحنّ العمل
Diterjemahkan → Demi Allah, apabila kamu menuntaskan (menyempurnakan) kerja dengan baik niscaya engkau akan berasil.
2.    Uslub Ketakjuban
Yaitu, gaya ungkapan yang dimaksudkan untuk menyamaikan ketakjuban, baik seseorang, benda, atau yang lainnya. Umumnya gaya ungkapan ini disampaikan dalam dua pola ما أفعل – ب افعلْ. Cara menerjemahkannya dengan kata “betapa”,” oh indahnya”, dan lain lain.
Contoh:
1.    ما أجمل السماء
Diterjemahkan → Betapa indahnya langit itu.
2.    اجمل بالسماء
Diterjemahkan → Betapa indahnya langit itu.
3.    ما أحسن الصدق
Diterjemahkan → Betapa mulia sikap jujur
4.    اعظم بتقدم الصناعات في البلاد الأوربية
Diterjemahkan → Betapa maju perindustrian di negeri-negeri Eropa
5.    ما أكرم ان يقال الحق
Diterjemahkan → Betapa mulia apabila kebenaran disuarakan
Hal yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan penerjemah salah memahami pemakian gaya bahasa ta’ajub sebagai kata tanya (pola pertama) atau sebagai kata perintah (pola kedua). Karena secara kebahasaan antara ta’ajub pola pertama (kata Tanya) dan pola kedua ( kata perintah) dapat dikatakan sama persis. Dalam hal ini, kontek kalimat sangat menentukan pemaknaan pola tersebut.


3.    Uslub Pujian dan Celaan
Yaitu, gaya ungkapan yang digunakan untuk memberikan pujian atau celaan. Sebagian besar gaya ungkapan ini menggunakan kata نعم  atau بئس.  Cara penerjemahannya adalah dengan kata” sebaik- baik” ,” seburuk- buruk”, dan yang semakna dengannya.
Contoh:
1.    نعم المستغرب حسن حنفي
Diterjemahkan→ Sebaik- baik tokoh oksidentalis adalah imam hanafi.
2.    بئس المستعمر هو لندا
Diterjemahkan→ Seburuk- buruk penjajah adalah Belanda.
3.    نعم الرجل الصانع المجد
Diterjemahkan→ Sebaik-baiknya orang adalah pekerja yang sunguh-sunguh.
4.    نعم خلقا الأمانة
Diterjemahkan→ Sebaik-baik budi pekerti adalah sifat amanah.
5.    نعم الصديق الكتاب
Diterjemahkan→ Sebaik-baik teman adalah buku.
6.    بئس القول شهادة الزور 
Diterjemahkan→ Seburuk-buruk perkataan adalah kesaksian palsu.
Penerjemah sering kali salah menduga bahwa kata-kata setelah kedua lafald di atas belum membentuk kalimat, namun masih merupakan frase. Memang susunan kalimat pola ini potensial disalahpahami secara demikian. Harus dicatat bahwa kata-kata setelah dua lafald di atas biasa telah membentuk kalimat lengkap. Perhatikan contoh kalimat pertama. Kalimat tersebut sangat mungkin disalahpahami sebagai frase tawabi’ sifat mausuf. Sebagai implikasinya, terjemahmya pun kurang tepat, misalnya menjadi “sebaik-baik seorang pekerja yang sungguh-sungguh”.   
4.    Uslub Anjuran atau Larangan
Gaya ungkapan ini banyak digunakan dalam karya-karya sastra. Gaya ungkapan anjuran atau Ighra’ adalah digunakan untuk memerntah orang melakukan perbuatan terpuji. Sedangkan gaya ungkapan larangan atau tahdzir adalah peringatan kepada orang untuk melakukan perbuatan tercela. Cara menerjemahkannya dengan menggunakan kata- kata yang bermakna anjuran ataub peringatan, misalnya: “…lah”, “sebaiknya”, “seyoyanya”, dan sebagainya.
Contoh:
1.    العدل
Diterjemahkan→ Berbuat adillah
2.    الكذب 
Diterjemahkan→ Janganlah berdusta
3.    الصدق والإخلاص
Diterjemahkan→ seyogyanya anda jujur dan ikhlas
4.    النفاقة والخيانة
Diterjemahkan→ sebaiknya engkau jauhi sifat munafik dan khianat
Titik rawan dan kesalahpahaman pada pola ini adalah pada dugaan bahwa ungkapan tersebut dipahami sebagai hanya satu kata atau dua kata yang sejajar, bukan dipahami sebagai kalimat lengkap. Disinilah penerjemah harus berhati-hati. Ungkapan seperti di atas sekalipun nampaknya memang terdiri dari satu atau dua kata sejajar, namun sebenarnya merupakan sebuah kalimat lengkap, setidak dari aspek pesan yang dikandungnya. Sebagai ilustrasi. Misalnya, penerjemaj salah memahami kalimat pertama dan kalimat ketiga pada contoh di atas, sehingga kalimat pertama (salah) diterjemahkan dengan “keadilan”, dan kalimat ketiga (salah) “kejujuran dan keihlasan”
5.    Uslub Mengkhususkan
Adalah isim yang dibaca nasab dengan wajib membuang  fi’il dan dapat ditakdirkan dengan kata أخصُّ atau أعني. Misal;
نحن العربَ نُكرم الضيوف
Diterjemahkan → Kami khususnya orang arab memulyakan para tamu
D.    Simpulan
Dalam khusus bahasa Arab, kajian uslub ada dalam nahwu (sintaksis). Sebab, subtansi pembahasan uslub berkisar pada pembahasan kalimat, yang juga merupakan pembahasan nahwu.
Adapun pembahasan uslub itu  mencakup empat hal, yakni kalimat sumpah, uslub ketakjuban, uslub pujian dan celaan, uslub anjuran dan larangan.


Daftar Pustaka
Musthofa al-Gholayaini, Jami’u ad-Durus al‘arobiyah, alMaktabah al’ashriyah, Bairut, 2005, jil 1
Musthofa al-Gholayaini, Jami’u ad-Durus al‘arobiyah, alMaktabah al’ashriyah, Bairut, 2005, jil III
Ahmad Zaini, Dahlan Alfiyah, alHidayah, Surabaya,
Ibnu Burdah. Menjadi Penerjemah: Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab. Tiara Wacana: Yogyakarta.2004.


TEORI GENETIK KOGNITIF NOAM CHOMSKY

TEORI GENETIK KOGNITIF NOAM CHOMSKY
A.    PENDAHULUAN
Dalam hidup, manusia tidak akan pernah bisa lepas dari manusia yang lain. Dan dalam interaksinya manusia selalu melakukan komunikasi baik lisan maupun tulisan. Kedua jenis komunikasi tersebut membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan pesan dari individu yang satu ke yang lain. Dalam hal ini, bahasa menjadi media yang utama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Bahasa mempunyai pengertian yang beragam. Namun, yang pasti bahasa selalu dan pasti menyertai semua kegiatan dan aktivitas manusia dari mulai lahir sampai dewasa. Dalam kesempatan ini, kami hanya mengurai pembahasan mengenai pembelajaran bahasa ke II yang bermula ketika anak mulai menempuh pendidikan pertamannya.
Banyak para ahli bahasa yang melakukan penelitian demi memperoleh suatu fakta mengenai pemerolehan dan pembelajaran bahasa. Diantaranya adalah Noam Chomsky. Chomsky menelurkan pendapat bahwasanya kemampuan berbahasa manusia itu dipengaruhi juga oleh kemampuan kognitifnya, Teorinya mengatakan bahwa ada intervensi dari kemampuan yang menyangkut ingatan, persepsi, pikiran, makna, dan emosi yang sangat berpengaruh ke dalam jiwa manusia. Ketika kita membicarakan masalah kognitif dalam hal ini kognitif berbahasa, maka kita tidak akan bisa mengelak bahwa terkadang ada campur tangan faktor genetik yang mempengaruhi kognitif seseorang. Dalam makalah ini akan dibahas lebih dalam mengenai faktor genetik kognitif yang dicetuskan oleh Chomsky.
B.    PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, makalah ini akan membahas dua permasalahan, di antaranya:
1.    Bagaimana teori genetik kognitif menurut Noam Chomsky ?
2.    Bagaimana implementasi teori genetik kognitif dalam proses pembelajaran bahasa kedua ?
C.    PEMBAHASAN
1.    Teori genetik kognitif menurut Chomsky
Teori genetik dan kognitif ini dikemukakan oleh Avram Noam Chomsky, yang merupakan seorang ahli psikolinguistik  Amerika serikat. Metode Chomsky sangat menaruh perhatian terhadap aspek akal. Ia membahas masalah-masalah bahasa dan psikologi, kemudian membingkainya menjadi satu bingkai dengan bentuk bahasa kognitif.
Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu didasarkan pada faktor genetik yang telah dimiliki anak sejak lahir. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong, seperti dalam teori tabula rasa yang dikemukakan oleh Jhon Locke, akan tetapi seorang anak tersebut telah dibekali  sebuah alat yang dinamakan Piranti Pemerolehan Bahasa.
Menurut Chomsky manusia mempunyai faculties of the mind, (kapling mind) yakni, semacam ” kapling-kapling intelektual” dalam benak atau otaknya. Salah satu bagianya khusus diciptakan untuk memperoleh bahasa. Manusia memiliki bekal kodrati (innate properties) waktu yang lahir dan bekal inilah yang kemudian membuatnya mampu untuk mengembangkan bahasa, piranti pemerolehan bahasa tersebut menurut Chomsky dinamakan Language Acquisition Device (LAD).
 LAD (Language Acquisition Device) merupakan Alat yang hanya menangkap gelombang-gelombang bahasa. Setelah diterima, gelombang-gelombang itu ditata dan dihubung-hubungkan satu sama lain menjadi sebuah sistem kemudian dikirimkan ke pusat pengolahan kemampuan berbahasa (Language Competence). Pusat ini merumuskan kaidah-kaidah bahasa dari data-data ujaran yang dikirimkan oleh LAD dan menghubungkannya dengan makna yang dikandungnya, sehingga terbentuklah kemampuan berbahasa. Pada tahap selanjutnya, pembelajar bahasa menggunakan kemampuan berbahasanya untuk mengkreasikan atau menghasilkan kalimat-kalimat dalam bahasa yang dipelajarinya untuk mengungkapkan keinginan atau keperluannya sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah diketahuinya.
Teori Chomsky adalah teori linguistic modern, yang mencerminkan kemampuan akal, membicarakan masalah-masalah kebahasaan dan pemerolehannya, serta hubungannya dengan akal dan pengetahuan manusia. Chomsky mendasarkan teorinya ini atas dasar asumsi bahwa bahasa menjadi bagian dari komponen manusia dan produk khas akal manusia.
Chomsky melihat bahwa bahasa adalah kunci untuk mengetahui akal dan pikiran manusia. Manusia berbeda dengan hewan karena kemampuannya berfikir dan kecerdasannya, serta kemampuannya berbahasa.
Dalam kasus ini Chomsky pernah meminta bantuan seorang rekannya ahli bedah otak, untuk membandingkan struktur otak manusia dengan simpanse. Dalam eksperimen itu dapat dibuktikan bahwa struktur otak manusia dengan struktur otak simpanse sama persis, kecuali satu simpul syaraf bicara yang ada pada struktur otak manusia tidak terdapat pada struktur otak simpanse. Itulah sebabnya simpanse tidak dapat berbicara meskipun kadang-kadang ada simpanse yang keterampilan dan kecerdasannya mandekati manusia. Meskipun simpanse dilatih dengan metode drill and practice seribu kali dalam sehari, maka tidak akan mungkin seekor simpanse dapat berbicara, sebab dapat atau tidaknya berbicara itu bukan karena factor latihan atau kebiasaan melainkan karena factor warisan atau innate.
Bertolak belakang dengan teori behaviorisme, yang menekankan pentingnya stimulus eksternal dalam pembelajaran, teori kognitif menegaskan pentingnya keaktifan pembelajar. Pembelajarlah yang mengatur dan menentukan proses pembelajaran. Lingkungan bukanlah penentu awal dan akhir positif atau negatifnya hasil pembelajaran. Menurut teori kogitif ini, seseorang ketika menerima stimulus dari lingkungannya, dia melakukan pemilihan sesuai dengan minat dan keperluannya, menginterpretasikannya, menghubungkannya dengan pengalamannya terdahulu, baru kemudian memilih alternatif respon yang paling sesuai.
Dalam toeri linguistic Chomsky, dibutuhkan adanya pasangan penutur dan pendengar yang ideal dalam sebuah masyarakat tutur atau proses pembelajaran bahasa. Sehingga keduanya dapat menerima dan mengerti dengan penggunaan bahasa yang diucapkan dalam jumlah yang tidak terbatas, yang sebelumnya belum pernah didengar.
Chomsky membedakan adanya kompetensi dan performance dalam proses pembentukan bahasa. Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki pemakai bahasa mengenai bahasanya, sedangkan performance atau perbuatan berbahasa merupakan pelaksanaan berbahasa dalam bentuk menerbitkan kalimat-kalimat dalam keadaan yang nyata.  Kedua tahapan tersebut akan membentuk tata bahasa yang baik,  sehingga dapat diterima dan dipahami baik bagi penutur atau pendengar dalam proses pemerolehan dan pembelajaran bahasa.
2.    Implementasi teori genetik kognitif dalam pembelajaran bahasa kedua.
Bahasa kedua merupakan bahasa yang diperoleh anak setelah memperoleh bahasa lain.  Kemampuan bahasa kedua pada umunya dimulai pada saat anak tersebut masuk bangku sekolah dasar. Pembelajaran bahasa kedua ini dapat diperoleh dari pengajaran yang diberikan seorang guru dengan menyajikan beberapa materi yang sudah dipahami, atau pembelajaran bahasa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Bahasa merupakan produk khas akal manusia. Perkembangan bahasa seorang anak dipengaruhi oleh tingkat inteligensi dalam otaknya.  Kecerdasan atau inteligensi seseorang merupakan faktor innate yang diwariskan dari sifat-sifat induknya yang berlangsung pada kromosom otosom.
Dalam teori kognitif menyatakan bahwa belajar itu hendaknya bermakna bagi si pembelajar. Seorang pembelajar harus mampu memusatkan perhatiannya pada pemahaman terhadap makna dengan pemahaman yang sebenarnya. Pemahaman pembelajar itu harus memiliki fungsi atau makna sebagai pengganti dari menghafal bentuk-bentuk dan acuan-acuan bahasa dan mengulang-ulanginya.
Proses pembelajaran bahasa berhubungan dengan pembentukan akal dan kognisi. Dalam proses pembelajaran bahasa kedua ini, seorang anak dapat menyampurnakan pengetahuannya terdahulu tentang sesuatu yang ingin di pelajarinya. Selain itu, seorang anak juga dapat memahami alam sekitarnya dengan sebenar-benarnya jika ia bisa menghubungkan pengetahuan yang telah di milikinya dengan objek yang hendak di pelajari.
Berkaitan dengan teori genetik kognitif Chomsky dalam proses pembelajaran bahasa kedua, bahwa keberhasilan proses pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh  kecerdasan yang merupakan faktor genetik. Sehingga jika seorang anak tersebut memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, maka tentunya seorang anak tersebut mampu untuk menerima dan memahami bahasa yang diajakan oleh pendidik dan ia dapat menyempurnakan pengetahuan yang telah dimilikinya terdahulu dengan cara mengkombinasikan pengetahuan yang dimilik dengan pengetahuan yang baru sehingga dapat diperoleh pengetahuan yang utuh dan sempurna.
Semakin tinggi tingkat kecerdasan anak maka tingkat perkembangan dan pembelajaran bahasa akan semakin cepat, sebab otak seorang anak dengan cepat menerima dan memahami pesan yang diberikan oleh orang lain dalam bentuk kalimat pendek atau panjang yang sebelumnya belum pernah didengar. 
Dalam proses pembelajaran bahasa ada beberapa hal yang harus diperhatikan seorang guru, sehingga pembelajaran yang disampaikan dapat mencapai keberhasilan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, di antaranya:
a.    Dalam pembelajaran bahasa hendaknya mencakup empat kemahiran atau keahlian (mendengar, mengucap, membaca, dan menulis).
b.    Seorang guru harus memperhatikan perbedaan kemampuan intelegensi di antara siswa, karena setiap pembelajar memiliki kemampuan yang berbeda-beda antara satu dan lainnya.
c.    Agar belajar itu dapat bermakna bagi seorang anak, maka  para guru hendaknya mengarahkan para siswanya untuk dapat memanfaatkan pengetahuannya yang terdahulu dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Pengetahuan ini di fungsikan untuk memahami materi yang ingin di pelajarinya, baik materi kaidah atau gramatika.
d.    Jika seorang anak tidak mempunyai pengetahuan yang terdahulu terkait dengan materi pelajaran baru, atau ia belum memahaminya dengan baik pada sat itu, maka seorang guru hendaknya membantunya dalam memahami materi pembelajaran yang di maksud, tepatnya pada saat memaparkan masalah-masalah yang terkait dengan materi yang di bahas.
D.    Simpulan
Teori genetik dan kognitif ini dikemukakan oleh Avram Noam Chomsky, yang merupakan seorang ahli psikolinguistik  Amerika serikat. Metode Chomsky sangat menaruh perhatian terhadap aspek akal. Ia membahas masalah-masalah bahasa dan psikologi, kemudian membingkainya menjadi satu bingkai dengan bentuk bahasa kognitif.
Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa itu didasarkan pada faktor genetik yang telah dimiliki anak sejak lahir. Anak memperoleh kemampuan untuk berbahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan. Anak tidak dilahirkan sebagai piring kosong, seperti dalam teori tabula rasa yang dikemukakan oleh Jhon Locke, akan tetapi seorang anak tersebut telah dibekali  sebuah alat yang dinamakan Piranti Pemerolehan Bahasa.
Bahasa merupakan produk khas akal manusia. Perkembangan bahasa seorang anak dipengaruhi oleh tingkat inteligensi dalam otaknya.  Kecerdasan atau inteligensi seseorang merupakan faktor innate yang diwariskan dari sifat-sifat induknya yang berlangsung pada kromosom otosom.
Berkaitan dengan teori genetik kognitif Chomsky dalam proses pembelajaran bahasa kedua, bahwa keberhasilan proses pembelajaran bahasa kedua dipengaruhi oleh  kecerdasan yang merupakan faktor genetik. Sehingga jika seorang anak tersebut memiliki tingkat inteligensi yang tinggi, maka tentunya seorang anak tersebut mampu untuk menerima dan memahami bahasa yang diajakan oleh pendidik dan ia dapat menyempurnakan pengetahuan yang telah dimilikinya terdahulu dengan cara mengkombinasikan pengetahuan yang dimilik dengan pengetahuan yang baru sehingga dapat diperoleh pengetahuan yang utuh dan sempurna.




Daftar Pustaka
Abdul Chaer, 2003, Psikolinguistik kajian Teoritik, Rineka cipta: Jakarta
Dimensi Biologis dan Kesehatan Mental mela   
http:///C:/Users/Public/Pictures/Sample Pictures/kognitif chomski dan piaget. html.
Khalid A. Harras, 2009, Dasar-dasar Psikolinguistik. FPBS dan UPI PRESS,
Syamsu Yusuf LN, 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosdakarya, Bandung,







Morfologi

A. Pendahuluan Berdasarkan objek kajiannya, apakah struktur internal bahasa/bahasa itu hubungannya dengan faktor-faktor diluar bahasa dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro (Mikrolinguistik dan makrolinguistik). Linguistik mikro: mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu bahasa tertentu atau struktur internal bahasa pada umumnya. Subdisiplin linguistic mikro: 1. Linguistik Fonologi: menyelidiki ciri-ciri bunyi bahasa, cara terjadinya. 2. Linguistik Morfologi: menyelidiki struktur kata, bagian-bagiannya serta cara pembentukan. 3. Linguistik Sintaksis: menyelidiki satuan kata-kata dan satuan-satuan laindiatas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta cara penyusunannyasehingga menjadi satuan ujaran. 4. Linguistik Semantik: menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual. 5. Linguistik Leksikologi: menyelidiki liksikon atau kosakata suatu bahasa dariberbagai aspek. 6. Linguistik Morfosintaksis: gabungan Morfologi dan Sintaksis. 7. Linguistik Leksikosemantik: gabungan Leksikologi dan Sematik. Linguistik Makro: menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, lebih banyak membahas faktor luar bahasanya daripada struktur internal bahasa. Dari serangkaian cabang linguistik tersebut di atas, yang dianggap inti dari ilmu linguistik itu hanyalah yang berkenaan dengan struktur internal bahasa, atau cabang-cabang yang termasuk kelompok linguistik mikro di atas. Cabang atau bidang manapun yang kemudian akan kita geluti secara intensif dan mendalam, mau tidak mau harus mulai dengan cabang-cabang yang termasuk linguistik mikro itu. Telah dibahas pada pertemuan yang lalu tentang Fonologi begitu panjang lebar. Tidak kalah pentingnya dari fonologi, Morfologi sesuuatu yang penting dalam suatu bahasa. Dalam suatu tataran bahasa terdapat hubungan hirarki antara font dan morfem sebelum membentuk suatu kata. B. Permasalahan Mengingat begitu banyak dan panjangannya pada tataran morfologi ini, maka pemakalah menyajikan sedikit tentang: 1. Penertian Morfologi dan istilah yang ada di dalamnya 2. Pembagian Morfem 3. Proses Morfemis 4. Morfofonomis C. Pembahasan 1. Pengertian Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan. Satuan ujaran yang mengandung makna (leksikal atau gramatikal) yang turut serta dalam pembentukan kata atau yang rnenjadi bagian dari kata disebut morfem. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Sedangkan Alomorf nama untuk bentuk bila sudah diketahui status morfemnya (bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama). Melihat → me- Membawa → mem- Menyanyi → meny- Menggoda → meng- Begitu juga dalam bahasa Arab, contoh:  الرّحمن ، النّساء ال الشمسية (ال yang berasimilasi dengan fonem awal)  الفرقان ، الهلال ال القمرية (ال yang bentuknya tetap) 2. Pembagian Morfem Pembagian morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya. a. Morfem Bebas dan Morfem Terikat Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapatmuncul dalam pertuturan. Sedangkan yang dimaksud dengan morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Jika diterapkan dalam bahasa arab dapat dicontohkan sebagai berikut : رجع، بيت Berkenaan dengan morfem terikat ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama bentuk-bentuk seperti: “juang, henti, gaul, dan, baur” termasuk morfem terikat. Sebab meskipun bukan afiks, tidak dapat muncul dalam petuturan tanpa terlebih dahulu mengalami proses morfologi. Bentuk lazim tersebut disebut prakategorial. Kedua, bentuk seperti “baca, tulis, dan tendang” juga termasuk prakategorial karena bentuk tersebut merupakan pangkal kata, sehinggabaru muncul dalam petuturan sesudah mengalami proses morfologi. Ketiga bentuk seperti : “tua” (tua renta), “kerontang” (kering kerontang), hanya dapat muncul dalam pasangan tertentu juga, termasuk morfem terikat. Keempat, bentuk seperti “ke, daripada, dan kalau” secara morfologis termasuk morfem bebas. Tetapi secara sintaksis merupakan bentuk terikat. Kelima disebut klitika. Klitka adalah bentuk-bentuk singkat, biasanya satu silabel, secara fonologis tidak mendapat tekanan, kemunculannya dalam pertuturan selalu melekat tetapi tidak dipisahkan . Ini juga kalau dicontohkan dalam bahasa Arab biasa dikatakan dengan istilah idiom, seperti رغِب عن (benci), رغب في (senang). b. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi Morfem utuh adalah morfem dasar, merupakan kesatuan utuh. Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua bagian terpisah. Catatan yang perlu diperhatikan dalam morfem terbagi. Pertama, semua afiks disebut koufiks termasuk morfem terbagi. Untuk menentukan koufiks atau bukan, harus diperhatikan makna gramatikal yang disandang. Kedua, ada afiks yang disebut sufiks yakni yang disisipkan di tengah morfem dasar. Dalam ‘unwanu adlorof diterangkan bahwa penambahan huruf menunjukkan adanya penambahan makna. Contoh حمِر bermakna “merah” ini termasuk morfem utuh sesuai definisinya. Sedangkan contoh dari morfem terbagi احمَرّ yang berarti “sangat merah” . Tambahan ( ا ) dan penggandaan ر) ) yang berfaidah للمبالغة. c. Morfem beralomorf zero Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi melainkan kekosongan. Morfem ini tidak kelihan atau samar, tetapi bias diketahui kalau dihadapkan pada kalimat lain yang menunjukkan ganda. Contoh dalam bahasa Arab pada kata من ini dapat digunakn dalam kata mufrad dan jama’ atau dapat dikatakan sebgai الموصول المشترك. Misal:  من جاء بالحسنة فله عشر أمثالها (ini tidak ada morfem lain)  من حضر في هذا المجلس فهم الفائزون ( ini dilihat dari kata فهم yang menunjukkan jama’) d. Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal Morfem bermakna leksikal adalah morfem yang memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa perlu berproses dengan morfem lain. Sedangkan morfem yang tidak bermakna leksikal adalah tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri. e. Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal(stem), dan Akar (root) Morfem dasar bisa diberi afiks tertentu dalam proses afiksasi bisa diulang dalam suatu reduplikasi, bisa digabung dengan morfem lain dalam suatu proses komposisi. Pangkal digunakan untuk menyebut bentuk dasar dari proses infleksi. Agar digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. 3. PROSES MORFEMIS Proses-proses morfemis itu berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan juga sedikit tentang konversi dan modifikasi intern serta produktifitas proses-proses morfemis. a. Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada kata dasar. Dalam proses ini terdapat unsur-unsurnya yaitu: 1) Bentuk dasar 2) Afiks 3) Makna gramatikal yang dihasilkan. Jenis Afiks berdasarkan sifat kata yang dibentuk : 1) Afiks inflektif : Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata – kata inflektif . Contoh: Melukis dan dilukis Lukis Contoh dalam bahasa Arab حضر احتضر 2) Afiks Derivatif: Afiks yang digunakan dalam pembentukan kata baru (kata leksikal tidak sama dengan bentuk dasarnya) Contoh: Batu Membatu Contoh dalam bahasa Arab حضر موت Afiks Berdasarkan melekatnya pada bentuk dasar : 1) Prefiks: afiks yang diimbuhkan dimuka bentuk dasar. Contoh: me-hibur(menghibur). Contoh dalam bahasa Arab: يفعل 2) Infiks: afiks yang diimbuhkan ditengah bentuk dasar. Contoh: el-tunjuk (telunjuk). Contoh dalam bahasa Arab: فاعل 3) Sufiks: afiks yang diimbukan pada posisi akhir bentuk dasar. Contoh: bagi-an (bagian). Contoh dalam bahasa Arab: كتبوا 4) Konfiks: afiks yang berupa morfem terbagi, yang bagian pertama berposisi pada awal bentuk dasar dan bagian kedua berposisi pada akhir bentuk dasar sehingga dianggap sebagai satu kesatuan dan pengimbuhannya dilakukan sekaligus . Contoh : per-temu-an (pertemuan). Contoh dalam bahasa Arab: يفعلون b. Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk kata dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian, maupun dengan perubahan bunyi. Contoh dalam bahasa Arab: ذهبا و ايابا Dalam linguistik Indonesia sudah lazim digunakan sejumlah istilah sehubungan dengan reduplikasi dalam bahasa Jawa dan bahasa Sunda. Istilah-istilah tersebut antara lain: 1) Dwilingga, yakni pengulangan morfem dasar. Contoh : meja-meja Contoh dalam bahasa Arab: جاء جاء زيد 2) Dwilingga salin suara, yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem lain. Contoh: bolak-balik. Contoh dalam bahasa Arab ذهبا و ايابا 3) Dwipurwa, yakni pengulangan silabel pertama. Contoh: lelaki Contoh dalam bahasa Arab تتفعل 4) Dwiwasana, yakni pengulangan pada akhir kata. Contoh: cengengesan Contoh dalam bahasa Arab: فعلل 5) Trilingga, yakni pengulangan morfem dasar sampai dua kali. Contoh: dag-dig-dug Proses reduplikasi dapat bersifat infleksional maupun derifasional. Reduplikasi infleksional tidak mengubah identitas flesikal tetapi memberi ,makna gramatikal . Bersifat derifasional membentuk kata yang identitas leksikalnya berbeda dengan bentuk dasarnya . Catatan khusus mengenai reduplikasi : 1) Bentuk dasar Reduplikasi dalam bahasa indonesia dapat berupa morfem dasar. Contoh: meja-meja 2) Bentuk Reduplikasi yang disertai afiks bisa bersamaan / proses afiksasi dulu baru reduplikasi. Contoh: berton-ton dan kesatuan-kesatuan 3) Pada dasar yang berupa gabungan kata, proses reduplikasi mungkin berupa reduplikasi penuh tetapi mungkin berupa reduplikasi parsial. Contoh: sawah ladang-sawah ladang 4) Reduplikasi dalam bahasa indonesia bersifat paradikmatis, memberi makna jamak / kevariasian juga bersifat derivasional. Contoh: mereka-mereka 5) Adanya reduplikasi semantis: dua buah kata yang maknanya bersinonim membentuk satu kesatuan gramatikal. Contoh: Ilmu Pengetahuan 6) Bentuk reduplikasi atau bukan pada komponen yang berupa morfem bentuk-bentuk dan terikat. Contoh: Tua-renta dan mondar-mondir. c. Komposisi Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang dasar maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Contoh: Lalu lintas. Dalam bahasa Arab dapat dicontohkan:أكلني البرغيث (nama suatu golongan) Verhaar (1978) menyatakan suatu komposisi disebut kata majemuk kalau hubungan kedua unsurnya tidak bersifat sintaksis. d. Konversi dan Modifikasi internal Konversi atau yang sering disebut derivasi zero, adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Contoh: cangkul (nomina) “Ayah membeli cangkul baru”, contoh: cangkul (verba) “Cangkul dulu baik-baik tanah itu, baru ditanami”. Contoh dalam bahasa Arab: حجر تحجر Modifikasi internal atau sering disebut penambahan atau perubahan internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-unsur (berupa huruf vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (berupa konsonan). Contoh huruf K – T – B , “Katab, Maktub, Maktaba, dan Makatib”. e. Pemendekan Adalah proses penanggalan bagian – bagian leksen / gabungan leksen sehingga menjadi sebuah bentuk singkat tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Kependekan adalah proses pemendekan , dibedakan menjadi 3 : 1) penggalan: Kependekan berupa pengekalan satu / dua suku pertama dari bentuk yang dipendekan itu. Contoh: Lab/ Labo “Laboratorium”. Contoh dalam bahasa Arab: أيش أي شيئ 2) Singkatan: hasil prosess pemendekan yang berupa:  Pengekalan huruf awal dari sebuah leksen atau huruf – huruf awal dari gabungan leksem. Contoh: R (Radius) Contoh dalam bahasa Arab: ماجستير م  Pengekalan beberapa huruf dari sebuah leksem. Contoh: hlm (Halaman) Contoh dalam bahasa Arab كذالك: كِذا  Pengekalan huruf pertama dikombinasi dengan penggunaan angka untuk pengganti huruf yang sama. Contoh: P3 (Partai Persatuan Pembangunan)  Pengekalan dua , tiga , atau empat huruf perrtama dari sebuah leksem. Contoh: Ny (Nyonya). Contoh dalam bahasa Arab: أ.س الاستاذ  Pengekalan huruf pertama dan huruf terakhir dari sebuah leksem. Contoh: Ir (Insinyur). Contoh dalam bahasa Arab: صلى الله عليه وسلم ص.م 3) Akronim: hasil pemendekan yang berupa kata atau dapat dilafalkan sebagai kata . Wujudnya berupa pengekalan huruf – huruf pertama, berupa pengekalan suku –suku kata dari gabungan leksem atau bisa juga secara tak beraturan. Contoh: Wagub (Wakil gubernur). Contoh dalam bahasa Arab أيش أي شيئ f. Produktifitas Proses Morfemis Adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi dan komposisi, digunakan berulang – ulang yang secara relatif tidak terbatas artinya ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. Contoh dalam bahasa Arab: كتب ، كتبا ، كتبوا ، كتبت 4. Morfofonomis Morfofonomis, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa perubahan morfemis dalam suatu morfologi, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dapat berwujud: (1) pemunculan fonem, (2)pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, dan (5) pergeseran fonem. Pemunculan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefiks me- dengan bentuk dasar “baca” yang menjadi “membaca”; di mana terlihat muncul konsonan sengau /m/ juga dalam proses pengimbuhan sufiks –an dengan bentuk dasar “hari” yang menjadi “hariyan” di mana terlihat muncul konsonan /y/ yang semula tidak ada. Pelepasan fonem dapat kita lihat dalam proses imbuhan akhiran –wan pada kata “sejarah” di mana fonem /h/ pada kata tersebut menjadi hilang; juga dalam proses penggabungan kata “anak” dan partikel –nda di mana fonem /k/ pada kata tersebut menjadi hilang dan juga dalam pengimbuhan dengan prefiks ber- pada kata “renang” di mana fonem /r/ dan prefiks itu hilang. Dalam bahasa Arab dapat dicontohkan: اتصال لاتصال Proses peluluhan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan dengan prefiks me- pada kata “sikat” di mana fonem /s/ pada kata itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi nasal /ny/. Dalam bahasa Arab dapat dicontohkan: اصطبر اصتبر Proses perubahan fonem dapat kita lihat pada proses pengimbuhan prefiks ber- pada kata “ajar” di mana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/. Dalam bahasa Arab dapat dicontohkan: من بنى من بنى Proses pergeseran fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari silabel ke silabel yang lain biasanya ke silabel berikutnya dalam proses pengimbuhan sufiks –an pada kata “jawab” di mana fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/. من ما ممّا D. Simpulan Bidang linguistik atau tata bahasa yang mempelajari kata dan proses pembentukan kata secara gramatikal disebut morfologi. Dalam beberapa buku tata bahasa, morfologi dinamakan juga tata bentukan. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya. Sedangkan Alomorf nama untuk bentuk bila sudah diketahui status morfemnya. Pembagian morfem didasarkan pada kebebasannya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya.  Morfem bebas dan Morfem terikat  Morfem utuh dan Morfem terbagi  Morfem beralomorf zero  Morfem bermakna Leksikal dan Morfem tidak bermakna Leksikal  Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal(stem), dan Akar(root) Proses-proses morfemis itu berkenaan dengan afiksasi, reduplikasi, komposisi, dan juga sedikit tentang konversi dan modifikasi intern serta produktifitas proses-proses morfemis. Morfofonomis, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi, atau peristiwa perubahan morfemis dalam suatu morfologi, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dapat berwujud: (1) pemunculan fonem, (2)pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, dan (5) pergeseran fonem. E. Daftar Pustaka Abdul Chaer, Linguistik Umum, Rineka Cipta, Jakarta, 2003 Amin Nashir, Tataran Linguistik: morfologi. Jurnal Arabia Jurnal Pendidikan Bahasa Arab. Januari – Juni 2009. http://www.sholidocument.com Didownload 7 Oktober 2011 http://www.sholidocument.com Didownload 10 Oktober 2011

اللهجات

I.    Pendahuluan
Seperti kita ketahui bahwa bahasa dapat diperoleh. Sesorang dapat memperoleh bahasa dari suatu komunitas masyarakat di mana tinggal.
Jazirah Arabia merupakan tempat lahirnya bahasa Arab. Ia terbagi atas dua bagian yaitu bahasa Arab  فصيح fasih dan bahasa Arab sehari-hari atau dialek لهجة lahjatun . Bahasa Arab  fasih  dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu bahasa Arab klasik dan bahasa Arab modern. Bahasa Arab klasik adalah bahasa formal yang digunakan di kawasan Hejaz. Sampai saat ini masih terdapat catatan tertulis yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Arab klasik, termasuk di dalamnya syair-syair Arab yang amat terkenal pada masa pra Islam. Al-Qur`an juga diturunkan dalam bahasa Arab klasik tersebut, dan hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa bahasa ini terjaga keasliannya sepanjang masa.
Di dalam sistem kebahasaan yang sama terdapat  perbedaan dalam aspek-aspek bahasa: fonologi, gramatika, dan pembendaharaan kosakata. Adanya perbedaan aspek kebahasaan di atas membawa pada pembentukan berbagai sub kelompok dalam komunitas bahasa. Tiap-tiap sub kelompok mempunyai ciri khas yang menandakan adanya satu sub kelompok yang berbeda dengan satu sub kelompok yang lain.
Pembentukan sub kelompok pada mulanya berdasarkan wilayah geografis, dengan demikian terdapat pengertian yang menghubungkan ciri-ciri penuturan sub kelompok dengan wilayah geografi tertentu. Keseluruhan penuturan sub kelompok yang dikaitkan dengan suatu wilayah geografi itulah yang dikenal sebagai dialek. Jadi pengertian awal bagi dialek adalah pengertian yang dikaitkan dengan dimensi ruang.
II.    Pembahasan
A.    Pengertian
Dialek adalah satuan unit bagian dari suatu bahasa yang berkembang dalam masyarakat tertentu. Maka dari itu tidak dapat dipungkiri bahwa dalam satu bahasa terdapat beberapa dialek yang disebabkan beberapa faktor.
Menurut Dr. Anis Ibrahim, dialek adalah seperangkat kode bahasa yang berkembang dalam suatu komunitas tertentu yang digunakan komunikasi oleh individu di lingkungan tersebut.  Dialek termasuk bagian dari suatu lingkungan yang lebih besar dan lebih luas yang memuat beberapa dialek di dalamnya yang setiap dialek mempunyai ciri-ciri khas tertentu, akan tetapi kesemuaanya tercakup dalam satu bahasa.  
Menurut Dialek adalah cara berbicara yang digunakan orang dalam berbahasa yang dipengaruhi oleh letak geografis, sosial atau kebudayaan, dan itulah yang  disebut dialek geografis atau dialek sosial. Setiap bahasa mempunyai berbagai macam dialek, dan setiap dialek mempunyai ciri khas yang membedakannya dengan yang lain baik dari segi fonologi, sintaksis, atau morfologi. Dengan berjalannya waktu, dialek juga dapat berkembang sampai akhirnya menjadi bahasa tersendiri, yang disebabkan oleh faktor geografis, politik dan kebudayaan’.
Dapat dikatakan bahwa dialek ini suatu yang umum, sedangkan bahasa suatu yang khusus. Dalam suatu bahasa terdapat beberapa dialek. Sesuai kondisi masyarakat yang dianggap mudah untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
B.    Timbulnya bermacam-Macam Dialek
Di antara yang menyebabkan adanya keberagaman dialek adalah sebagai berikut:
1.    Faktor Geografi
Kebiasaan sesorang dapat mempengaruhi bahasanya. Para penutur satu bahasa, hidup dalam lingkungan geografis tertentu dengan kebiasan yang berbeda. Dengan berlalunya waktu telah muncul mujul dialek yang berbeda satu sama lainnya yang berkembang dari satu bahasa yang sama.
2.    Faktor Sosial
Adanya tingkatan strata sosial menyebabkan adanya dialek yang bervariasi sesuai dengan lapisannya. Misalnya, kita menemukan pembicaraan kelas aristokrasi dialeknya berbeda dengan dialek kelas menengah dan bawah dalam masyarakat. Serta budaya yang berbeda juga memiliki dampak terjadinya dialek yang berbeda. Begitu juga dengan berbagai profesi.
3.    Pribadi Politik
Luasnya wilayah pemerintahan dan banyaknya penduduk yang mendiami suatu Negara, mengakibatkan sulitnya pemerintah untuk menyatukan masyarakatnya, baik dalam bentuk pemikiran maupun bahasanya. Selain itu, terjadinya peperangan mempertemukan antara bahasa orang yang memerangi dan yang diperangi. Hasilnya adalah, terhapusnya salah satu bahasa secara mengakar atau penggabungan diantara keduanya. Bangsa Arab telah berperang kebanyak negri yang secara tidak langsung juga memerangi bahasa penduduknya seperti bahasa penduduk Iraq , Syam, Mesir, Maroko dan sebagian bahasa penduduk bangsa jajahanlainnya. Dan banyak lagi bangsa yang melakukan hal sama seperti yang dilakukan bangsa Arab. Terbentuknya dialek akibat sebuah peperangan ditentukan dua kondisi, yaitu perang kecil dan perangbesar.
Pertama: Perang Kecil
Perang Kecil Yaitu peperangan dengan jumlah anggota yang sedikit, ketika memenangkan ekspansi dapat terpengaruh dengan bahasa penduduk asli yang jumlahnya lebih banyak. Dan terkadang bangsa yang terjajah seringkali terpengaruh oleh mereka yang menjajah khususnya pada kalimat-kalimat yang terkait denga nundang-undang, peraturan ketentaraan seperti yang terjadi antara bangsa Inggris terhadap Prancis.
Kedua:Perang Besar
Perang Besar yaitu peperangan yang dilakukan oleh pasukan yang sangat banyak dan diikuti oleh gelombang pindahnya penduduk yang memenangkan kewilayah jajahan. Di mana sang penguasa dapat memaksakan penggunaan bahasanya diseluruh sektor kehidupan
4.    Fisiologis
Perbedaan fisik seseorang dapat memungkinkan terjadinya perbedaan dalam berbahasa. Secara teoritis, setiap person pasti memiliki lidah dan ruang makharijal-huruf yang berbeda-beda. Si Anti misalnya, tidak bisa mengucapkan huruf-huruf tertentu seperti hurufqaf, sedangkan si Anto mampu dengan santai dan mudah menlafalkan huruf-huruf tersebut. Pada tataran lahjah, perbedaan secara fisiologis ini juga merupakan faktor dominant yang mempengaruhi perbedaan lahjah Arabiyah, baik secara personal maupun sosiokultural. Kata qahwah, Bagi orang Mesir dibaca gahwah (qaf dibaca ga), sedangkan orang Arab Saudi membaca ahwah (qaf dibaca hamzah).
C.    Perbedaan antara Bahasa dan Dialek
Mungkin kita menghadapi kesulitan dalam membedakan antara dua istilah ini. Jika kita tahu definisi sebelumnya bahwa bahasa itu lebih besar dari pada dialek dan dialek termasuk ragam dan bagian dari bahasa bahasa.  Mungkin lebih mudahnya jika kita perhatikan bagan di bawah ini :









Bahasa sebagai unsur pusatnya, sedangkan dialek-dialek yang ada ini sebagai bagian atau unsur bahasa tersebut. Bahkan dapat dimungkinkan dialek-dialek juga mempunyai bagian dari dialek yang ada dibawahnya lagi. Seperti bahasa Jawa mempunyai beberapa dialek, misalnya bahasa Jawa dengan dialek Banyumas, dialek Tegal, bahkan dialek Kudus, dan sebagainya.

D.    Jenis-jenis Dialek
Jenis-jenis dialek sangat banyak sekali macam, akan tetapi pada kesempatan kali ini penulis akan mencantumkan jenis dialek ditinjau dari sang penuturnya, diantaranya sebagai:
1.    Dialek Regional
Ketika ada sesorang melakukan perjalanan yang panjang pada beberapa daerah yang berbeda-beda, maka akan ditemui perbedaan dalam ujaran, kode, dan tata bahasa dari satu daerah dan daerah yang lainnya. Kode dialek ini mengkararistikkan atas dialek daerah yang lain. Keragaman dialek inilah yang biasa disebut dengan Dialek Regional. Dan ada dari ahli bahasa yang menyebut dengan dialek geografi atau bahasa daerah.
Dialek geografis sering timbul pada kondisi geografis tertentu (adanya gunung atau hutan atau sungai).  Dan kemudian kita tahu dialek Mesir dialek Arab dan Irak dan nada Sudan dan lainnya.
2.    Dialek Sosial
Ada jenis dialek lagi, yaitu dialek sosial. Dialek sosial ini adalah dialek yang digunakan komunitas yang khusus atau kelas sosial tertentu dalam suatu penggunaan bahasa. Dan ahli bahasa ketika berbicara tentang dialek sosial menunjukkan faktor lain selain geografi. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya dialek sosial di antara strata sosial, perbedaan budaya, pendidikan dan pola pikiran, hati nurani, standar hidup, kehidupan keluarga, lingkungan sosial, tradisi, adat dan usaha yang dijalankan oleh masing-masing kelas pengusaha. Faktor-faktor lain yang berpengaruh dalam munculnya dialek sosial adalah jenis kelamin laki-laki atau perempuan dan usia si pembicara.
Faktor-faktor ini secara langsung terkait dengan cara yang diucapkan oleh masyarakat. Di India, misalnya, menentukan kelas sosial keberagaman bahasa, yang digunakan oleh pembicara.
3.    Dialek Pedesaan dan Perkotaan
Dalam suatu wilayah geografis yang mempunyai bahasa yang sama terdapat perkotaan dan pedesaan. Dalam banyak kasus, ditandai dengan kode bahasa kota dan pedesaan. Para peneliti bahasa bisa membedakan dialek bahasa perbedaan antara nada penduduk pedesaan dan nada penduduk kota dalam satu wilayah geografis. Mereka dapat mengetahuinya karena dua alasan. Yang pertama adalah bahwa penduduk perkotaan lebih banyak terjadi gesekan dengan berbagai jenis orang dari pada penduduk pedesaan, berdasarkan fakta bahwa kot sebagai pusat bertemunya orang-orang yang berasal dari beberapa daerah di sekitarnya. Kota ini menjadi wadah interaksi dari sejumlah besar orang dan penyelenggaraan berbagai kesenia dan dialek. Yang kedua adalah bahwa tingkat budaya penduduk kota-kota lebih tinggi dari penduduk pedesaan. Kedua faktor ini berkontribusi dalam membawa perbedaan antara dialek dialek pedesaan dan perkotaan.

III.    Simpulan
Dialek adalah satuan unit bagian dari suatu bahasa yang berkembang dalam masyarakat tertentu. Dapat dikatakan bahwa dialek ini suatu yang umum, sedangkan bahasa suatu yang khusus. Dalam suatu bahasa terdapat beberapa dialek. Sesuai kondisi masyarakat yang dianggap mudah untuk berkomunikasi satu dengan yang lainnya.
Timbulnya dialek disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut; keadaan geografi, sosial, politik, dan fisiologis.
Sedangkan macam-macam dari dialek ditinjau dari penuturnya diantaranya sebagai berikut; dialek regional/geografi, diale sosial, dan dialek fashihah dan ‘amiyah.















Daftar Pustaka
AbdulGaffar, al-Lahajatal-'Arabiyah:NasyatanwaTathawwuran.Cairo: MaktabahWahbah, 1414H / 1993M.
Ali Abdul Wahid Wafi, ‘Ulumul Lughoh, Cairo, Dar Nahdloh, 1997
إبراهيم أنيس، اللهجات العربية، القاهرة، مكتبة الأنجلون المصرية، 1996
أحمد عبد الرحمن حماد، عوامل التطور اللغوي، بيروت، دار الأندلس، 1983،
صبري إبراهيم السيد، علم اللغة الاجتماعي، إسكندرية، دار النعرفة الجامعية، 1995،
محمد عفيف الدين دمياطي، محاضرة في علم اللغة الاجتماعي، مالانح، الجامعة الإسلامية الحكومية مالانج، 2008،
محمد حسن عبد العزيز، مدخل إلى اللغة، القاهرة، دار الفكر العربي، 1988